Sejarah Public Speaking


posted by Maulidya Sunarya's Blog

No comments


Maulidya Sunarya
3SA03-14616314

SEJARAH PUBLIC SPEAKING

Awal mula Public Speaking dikenal sebagai Retorika, berasal dari Bahasa Inggris “Rhetoric” dan bersumber dari bahasa latin “Rhetorica” yaitu ilmu berbicara. Ilmu Retorika memiliki sifat rasional, umum, akumulatif dan empiris. (Haryo dalam Susanto, 1998:73-74). Retorika sudah ada sejak manusia lahir. Namun sebagai salah satu seni berbicara didepan umum yang mulai dipelajari sejak abad ke 5 sebelum masehi saat kaum Yunanu mengemara dari suatu tempat ketempat lain untuk menyebarkan ajaran tentang pengetahuan politik dan pemerintahan dengan penekanan terutama pada kemampuan berpidato. Pemerintah dalam misinya perlu usaha untuk memujuk rakyat demi kemenangan dalam pemilihan. Saat ini berkembanglah seni berpidato yang membenarkan pemutarbalikan kenyataan demi tercapainya tujuan. Rakyat bias tertarik dan juga terbujuk.Retorika diawali, dipelajari dan dilaksanakan di Negara Negara yang menganut demokrasi langsung, yakni seperti Yunani dan Romawi. Fungsi Retorika itu sendiri dikatakan oleh (Sunarjo, 1983:55) yakni untuk mencapai kebenaran dan juga kemenangan bagi seseprang atau golongan kelompok dalam masyarakat. Untuk meraih kekuasaan itu yakni mencapai kemenangan seseorang atau kelopok dengan penganut “Yang menang ialah dia yang berkuasa” sebagai suatu alat persuasi yang digunakan untuk mempengaruhi manusia lain. Adapun Rasional berarti apa yang disampaikan harus tersusun secara sistematis juga logis. Umum artinya Kebenaran akan hal yang disampaikan tidak rahasia apalagi dirahasiakan karna memiliki nilai sosial. Akumulatif merupakan perkembangan dari ilmu yang sudah ada sebelumnya yaitu penggunaan bahasa secara lisan maupun tulisan. Empiris berarti menyajikan fakta-fakta yang dapat diverifikasi sendiri oleh pancaindra. Ilmu Retorika telah dipelajari, diteliti, dan dipraktekkan baik secara sistematis dan secara metodologis oleh Sokrates dan juga penerusnya. Ada juga yang memiliki pengertian ahwa Ilmu retorika sebagai seni penggunaan bahasa yang efektif. Dan ada juga yang mengatakan Retorika sebagai Public Speaking atau yang biasa dikenal dengan komunikasi lisan berupa pidato, ceramah, narator persentasi dan aksi berbicara lisan didepan umum lainnya. Dikenal demikian Public Speaking juga diartikan sebagai “Pembicaraan Publik” bukan berarti membicarakan publik, akan tetapi lebih kepada berbicara didepan khalayak ramai. Pengertian Retorika secara sederhana adalah mengenai bicara, sedangkan secara luas ialah tentang penggunaan bahasa lisan dan tulisan. Dikatakan oleh Sunarjo (1983:49-52) pengertian dari Retorika dapat dilihat dari tinjauan filosofis dan juga tinjauan dari ilmu komunikasi. Secara filosofis, retorika dapat di anut dari nilai nilai didalamnya. Filsuf Aristoteles menegaskan bahwa emosi manusia itu bervariasidan ini dapat dipergunakan oleh seorang orator atau pembicara untuk member pengaruh kepada audiensnya. Aristoteles pun memberikan pemahaman bahwa retorika juga sebagai seni yang memiliki nilai – nilai tertentu. Nilai itu berupa nilai kebenaran, keadilan yang mempunyai kekuasaan dan juga kekuatan dalam masyarakat. Bagi Aristoteles, retorika mempunyai beberapa fungsi diantaranya yaitu pengetahuan yang mendalam tentang retorika dab beberapa latihan yang dilakukan bisa mencegah retorika digunakan sebagai alat penipuan, retorika amat berguna sebagai sarana guna menyampaikan sebuah instruksi Retorika sama halnya dengan dialektik yang dapat memaksa orang untuk berfikir dan untuk mengajukan pertanyaan. Banyak orang tidak memiliki keberanian saat melakukan Public Speaking, alasannya beragam seperti demam panggung, kurang materi dan banyak alasan lainnya. Kemampuan Public Speaking inilah yang sebenarnya selalu dapat membawa seseorang mudah menempatkan dirinya pada masyarakat juga merupakan suatu keterampilan yang penting dimiliki guna menapaki karir. Kemampuan menguasai publik ini menjadi aset hidup yang amat berharga bagi setiap orang yang bekerja/menjadi karyawan karna itulah yang menjadikan seorang karyawan tersebut mempunyai ciri khas, nilai plus dan juga cenderung mendapatkan kepercayaan dari sesama rekan kerja maupun oleh atasan.Public Speaking juga tentunya mempunyai sejarah dari awal muncul sampai sekarang, mulanya yaitu Pulic Speaking pada jaman kuno, secara sistematis keterampilan berbahasa secara efektif atau yang berdasarkan KBBI disebut dengan Retorika ini diterapkan pertamakali pada jaman Yunani Kuno tepatnya di Pulau Sicilia dalam sebuah koloni Yunani oleh tokoh Sycracuse mulanya dibawah kepemimpinan yang otoriter terjadi perampasan atas lahan warga oleh pemerintah, sehingga hilangnya hak rakyat atas lahan mereka. Kemudian muncul lah gerakan revolusioner guna menentang kepemimpinan otoriter tersebut, hingga mengakibatkan tumbangnya masa kepemimpinan lalu hak akan lahan tersebut diadili oleh pengadilan dan dewan juri. Saat itu guna meyakinkan juri agar kembalinya hak kepemilikan lahan tersebut dibutuhkan seorang yang ahli berbicara di depan publik, sebab belum adanya dokumen yang mendukung kepemilikan lahan pada saat itu. Seolang ahli itu bernama Corax ia menulis seuah makalah retorika yang dinamai “Techne logon” seni kata-kata. Ia menuliskan tentang teknik kemungkinan. Tidak hanya Sycracuse dan Corax, di era keemasan retorika terdapat beberapa tokoh retorika jaman Yunani, diantaranya adalah:
Gorgias dan Protagoras
Ia merupakan tokoh yang mendirikan sekolah retorika pertama, ia jeli akan peluang guna memenuhi kebutuhan pasar karna saat itu masyarakat sedang membutuhkan kemampuan berbicara dengan jelas dan persuasif. Mereka mengajarkan teknik manipulasi emosi dan menggunakan prasangka untuk menyentuh hati pendengar. Menekankan bahasa yang puitis, mereka menamakan dirinya sebbagai “Kaum Sophis” yang berarti Guru Kebijaksanaan. Saat itu mulai muncul adanya lomba adu pidato dan muncul jagoan berpidato seperti Demosthenes dan Isocrates.
Demosthenes dan Isocrates
Mereka saat itu mengembangkan gaya bberbicara jelas dan lantang, menggabungkan antara argumentasi dan narasi. Isocrates berpendapat bahwa retorika tidak bias dipisahkan dari politik dan sastra.
Socrates dan Plato
Pada masa ini Socrates mengkritik “kaum Sophis” sebagai kaum prostitute yang menjual kecantikan untuk memperoleh uang semata. Plato adalah murid Socrates yang mengatakan bahwa Gorgias merupakan pencontoh retorika palsu mengacu pada Sophisme, sedangkan Socrates ialah retorika yang benar karna berdasarkan pada filsafat. Ia menjelaskan bahwa Sophisme telah mengajarkan kebenaran yang relatif dan filsafat lah yang membawa orang kepada pengetahuan yang sejati. Dari situ plato mengubah retorika sebagai sebuah kumpulan teknik menjadi sebbuah wacana ilmiah.
Aristoteles
Yang terkenal dengan karyanya Rhetorica, tulisan dalam  buku ini sampai sekarang masih menjadi acuan dan rujukan secara teoretis maupun teknis dalam sebuah pidato. Dasar dasarnya sebagai berikut
1.      Retorika erat hubungannya dengan moral karena harus mengemukakan sesuatu yang benar. Kebenaran menjadi landasan retorika sejati. Moral dalam perkembangannya mempelajari psikologi.
2.      Metode Retorika sendiri berdasarkan pada analitika yaitu meneliti berbagai argumentasi dan proporsisi yang benar dan dialektika yaitu meneliti berbagai argumentasi yang diragukan kebenarannya. Analitika dan Dielektika ini pada perkembangannya disebut dengan logika. Inti dari logika adalah silogisme yakni cara memperoleh kebenaran. Metode ini juga dipakai bagi pengemangan semua ilmu pengetahuan.
3.      Retorika sebagai sesuatu yang inheren yang diresapi semua orang. Dalam upaya mencari kebenaran dialog menjadi tekniknya.
4.      Totalitas suatu pidato mencakup faktor ethos, pathos dan logos. Etos merupakan sumber kredibilitas komunikator atau kesadaran orator yang tampil sebagai pribadi yang dapat dipercaya oleh pendengar. Pathos merupakan segi emosional seorang pembicara yang mendasar dan secara implisit terkandung didalam isi pidato. Logos mencakup himbauan berdasarkan argument yang logis.
Lalu ada Retorika Modern, yang ditandai dengan munculnya reinassance atau abad percerahan sekitar tahun 1200-an. Ada tiga aliran retorika modern menurut Jalaludin Rahmat, diantaranya Aliran Epistimologis yang membahas teori pengetahuan, asal usul, sifat, metode dan batas batas pengetahuan manusia. Aliran Belles Lettres dalam bahasa prancis berartikan tulisan yang indah. mengutamakan keindahan bahasa, segi etis dalam pesan namun kadang mengabaikan segi informatifnya. Baik aliran Epistimoligis maupun Belles Letters keduanya memusatkan perhatian pada persiapan pidato yang meliputi penyusunan pesan dan penggunaan bahasa.
Aliran Elokusionis menekankan teknik penyampaian pidato. Elokusionis banyak dikritik karna berlebihan pada persoalan teknik, sehingga pembicara tidak lagi berbicara dan bergerak dengan spontan. Dan gerakannya menjadi semu. Setelahnya pada abad ke-20, Retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu prilaku seperti psikologi dan sosiologi. Dari sini istilah retorika berubah menjadi Speech, Speech Communication atau Oral Communication atau juga Public Speaking tokoh pada abad ini diantaranya adalah James A Winans yang menyarankan pentingnya membangkitkan emosi melalui motif-motif psikologis pada khalayak seperti kewajiban agama, sosial dan kepentingan pribadi. Charles Henry Woolbert yang memandang Speech Communication sebagai ilmu tingkah laku. Pandangannya bahwa pidato adalah ungkapan kepribadian, logika adalah ungkapan utama persuasi, penyusunan pidato harus teliti akan tujuannya, tau situasi, dan menentukan proporsisi yang cocok untuk situasi tersebut, memilih kalimat yang dipertalikan secara logis. William Norwood Brigance yang menekankan pada faktor keinginan sebagai dasar persuasi.
Mengenai kaum sophis ada seorang tokoh yaitu Georgias. Ia mengatakan bahwa kebenaran dari suatu pendapat hanya bias dibuktikan jika tercapai kemenangan dari pembicaraan. Georgias ini merupakan sosok guru retorika yang pertama seperti yang sudah dijelaskan diatas, ia mengajarkan dimensi bahasa yang puitis di sekolah yang ia buat juga teknik berbicara dengan spontan ia meminta bayaran mahal untuk kelasnya tersebut. Georgias dan Protagoras merupakan sosok guru yang memiliki jam terbang amat banyak. Ia mengajar berpindah dari satu kota ke kota lainnya, sekolah tersebut dibuat guna memenuhi permintaan pasar . Protagoras menyatakan bahwa kemahiran berbicara ialah demi sebuah keindahan bahasa bukan untuk sebuah kemenangan. Sokrates menyatakan retorika itu ialah soal kebenaran. Tekniknya ialah dialog, karena dengan berdialog lah kebenaran akan timbul natural dengan sendirinya (Susanto, 1975: 236) teknil berdialog sokrates bermotif deduksi, yaitu menarik kesimpulan kesimpulan akan sebuah hal hal yang khusus setelah menyelidiki hal hal yang sifatnya berlaku pada umumnya. Metode mengenai Retorika yang digunakan sokrates ini diantaranya adalah teknik memisahkan pemikiran dari yang salah dan menaruh perhatian pada suatu persoalan dengan serius, sungguh sungguh agar dapat menemukan suatu poin “nilai universal” yang ada dalam masyarakat untuk memecahkan oermasalahan tersebut. Yang ke dua adalah metode berdialog yangmana ialah bertanya metodenya menyelidiki argument argument yang diberikan kepadanya dengan harapan dapat membuat suatu definisi tentang apa yang diketemukannya. Definisi ini diambil berdasarkan hasil penemuan sebelumnya. Adapun teknik yang digunakan seorang sokrates adalah dengan ia berpura pura bodoh seolah tidak mengetahui sama sekali akan suatu persoalan, lalu membuat pertanyaan berdasarkan apa yang telah diketahui.mengadakan perdebatan saat itu sokrates dianggap menyimpang karena dialog yang digunakan terkesan mempengaruhi, bukan mengumpulkan sebuah fakta atau sebuah data.

Leave a Reply